Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pengertian Aglomerasi dan Pertumbuhan Ekonomi

Indonesia merupakan negara kepulauan oleh karena itu di Indonesia mempunyai banyak wilayah-wilayah yang pertumbuhan ekonominya tidaklah sama. Hal ini sesuai dengan konsepsi Perroux tentang aglomerasi yang menyatakan bahwa pertumbuhan tidak terjadi pada semua tempat, namun hanya sebagian tempat tertentu saja. Apabila dilihat dari pertumbuhan ekonomi bisa dilihat ada daerah yang mempunyai pertumbuhan ekonomi tinggi dan pertumbuhan ekonomi rendah sehingga akan berdampak pada munculnnya aglomerasi. Aglomerasi berarti kegiatan ekonomi terpusat pada wilayah-wilayah tertentu sehingga pertumbuhan ekonomi menjadi tidak merata.





Marshall merupakan salah satu pencetus dari istilah aglomerasi yang disebut sebagai industri yang terlokalisir (localized industries). Industri yang terlokalisir muncul karena sebuah industri akan memilih tempat dimana tempat tersebut akan menjamin proses produksi akan berlangsung dalam jangka waktu yang lama ( Mc Donald,1997) sedangkan menurut Kuncoro (2002), aglomerasi adalah konsentrasi spasial dari aktifitas ekonomi dikawasan perkotaan karena penghematan akibat dari perusahaan yang letaknya saling berdekatan dan tidak akibat dari kalkulasi perusahaan secara individual.

Kekuatan aglomerasi dan deaglomerasi dapat menjelaskan terjadinya konsentrasi dan dekonsentrasi industri. Ada tiga manfaat yang ditimbulkan oleh kegiatan di atas, yaitu : penghematan skala (scale economies), penghematan lokasi (localization economies), dan penghematan urbanisasi (urbanisation economies).

Aglomerasi yang digunakan dalam penelitian adalah aglomerasi produksi karena manfaat aglomerasi produksi masuk kedalam penghematan skala. Penghematan skala adalah penghematan dalam produksi internal apabila produksi ditingkatkan (Adisasmita,2005).

Apabila dilihat dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa aglomerasi adalah konsentrasi dari aktifitas ekonomi yang muncul karena adanya penghematan dari lokasi yang berdekatan. Aglomerasi yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan dalam penelitian Bonet (2006), yaitu share PDRB 35 Kabupaten/Kota terhadap PDRB Provinsi Jawa Tengah.

Hubungan Aglomerasi dengan Pertumbuhan Ekonomi
 
Menurut Richardson (dalam Sigalingging, 2008), berpendapat bahwa dengan adanya persaingan antar industri maka semakin lama hal itu terjadi maka akan meningkatkan harga bahan baku dan faktor produksi, dan mengakibatkan biaya per unit mulai naik yang berdampak relokasi aktifitas ekonomi ke daerah lain yang belum mencapai skala produksi maksimum. Dengan adanya aglomerasi ekonomi di suatu wilayah akan mendorong pertumbuhan ekonomi pada wilayah tersebut karena terciptanya efisiensi produksi, sedangkan pada wilayah lain yang tidak mampu bersaing akan mengalami kemunduran dalam pertumbuhan ekonominya.

Menurut Jamie Bonet (2006), menjelaskan bahwa aglomerasi (pemusatan aktifitas) produksi digunakan sebagai salah satu variabel yang digunakan untuk mengetahui kesenjangan wilayah. Aglomerasi produksi dapat mempengaruhi kesenjangan wilayah secara langsung, yaitu pada saat terjadinya hambatan mobilitas tenaga kerja antar wilayah, atau saat terjadi surplus tenaga kerja dalam perekonomian.

Menurut Bonet (dalam Sigalingging, 2008), Aglomerasi dapat diukur dengan beberapa cara, pertama adalah dengan menggunakan proporsi jumlah penduduk perkotaan dalam suatu provinsi terhadap jumlah penduduk provinsi tersebut dan yang kedua adalah dengan menggunakan konsep aglomerasi produksi. Penelitian ini menggunakan konsep aglomerasi produksi yang diukur menggunakan proporsi PDRB Kabupaten/Kota terhadap PDRB Provinsi Jawa Tengah.



--- --- ---
Sumber:
Skripsi Eko Pambudi, Analisis Pertumbuhan Ekonomi Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi (Kabupaten/Kota Di Provinsi Jawa Tengah), Program Sarjana Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Tahun 2013

Post a Comment for "Pengertian Aglomerasi dan Pertumbuhan Ekonomi"