Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Faktor yang Mempengaruhi Belanja Daerah

Pengaruh PAD Terhadap Belanja Daerah 
Terdapat hipotesis yang menyatakan bahwa pendapatan daerah akan mempengaruhi belanja pemerintah daerah dikenal dengan nama tax spend hipotesis ( Aziz et al, 2000; Doi, 1998; Von Furnsternberg et al, 1986 dalam Syukriy Abdullah dan Abdul Halim, 2003 ). Dalam hal ini pengeluaran pemerintah daerah akan disesuaikan dengan perubahan dalam penerimaan pemerintah daerah atau perubahan pendapatan terjadi sebelum perubahan pengeluaran (Bambang Prakoso, 2004).


Melihat beberapa hasil penelitian diatas telah menunjukan bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan sumber pendapatan penting bagi sebuah daerah dalam memenuhi belanjanya dan Pendapatan Asli Daerah ini sekaligus dapat menujukan tingkat kemandirian suatu daerah.
Semakin banyak Pendaptan Asli Daerah yang didapat semakin memungkinkan daerah tersebut untuk memenuhi kebutuhan belanjanya sendiri tanpa harus tergantung pada pemerintah pusat, yang berarti ini menunjukan bahwa Pemerintah Daerah tersebut telah mampu untuk mandiri, dan begitu juga sebaliknya (Rahmawati, 2010).



Berdasarkan penelitian yang ada sebelumnya Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positif terhadap belanja daerah. Jadi meningkatnya Pendapatan Asli Daerah yang didapat semakin tinggi daerah tersebut untuk memenuhi kebutuhan belanjanya.


Pengaruh Dana Perimbangan Terhadap Belanja Daerah 
Dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Berdasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005, dana perimbangan tersebut dibentuk untuk mendukung pendanaan program otonomi.


Dalam literatur ekonomi dan keuangan daerah, hubungan Pendapatan dan Belanja Daerah didiskusikan secara luas sejak akhir dekade 1950-an dan berbagai hipotesis tentang hubungan diuji secara empiris menyatakan bahwa pendapatan mempengaruhi belanja. Sementara studi tentang pengaruh grants dari Pemerintah Pusat terhadap keputusan pengeluaran atau Belanja Pemerintah Daerah sudah berjalan lebih dari 30 tahun (Bambang Prakosa, 2004). Holtz-Eakin, et al (1985) dalam Bambang Prakosa (2004) menyatakan bahwa terdapat keterkaitan Sangat erat antara transfer dari Pemerintah Pusat dengan Belanja Pemerintah Daerah.
Berdasarkan penelitian sebelumnya dana perimbangan memiliki pengaruh terhadap belanja daerah, dimana pengaruh tersebut memiliki pengaruh yang positif.
Berikut beberapa hasil penelitian tentang pengaruh PAD dan Dana Perimbangan Terhadap Belanja Daerah: 

Penelitian Nur Indah Rahmawati 
Judul penelitian Nur Indah Rahmawati adalah Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum Terhadap Alokasi Belanja Daerah Di Jawa Tengah.

Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 35 daerah di Jawa Tengah yang bersumber dari Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dari tahun 2007 hingga 2009. Metode pengambilan sampel menggunakan metode sensus dengan mengambil seluruh populasi. Alat yang digunakan penelitian adalah regresi linier berganda.

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa DAU dan PAD mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap alokasi belanja daerah. Jika dilihat lebih lanjut, tingkat ketergantungan alokasi belanja daerah lebih dominan terhadap PAD daripada DAU.

Penelitian Ronald hariyanto Tahun 2005 
Judul penelitian Ronald Hariyanto (2005) adalah Analisis Pengeluaran Pemerintah Daerah Di Propinsi Jawa Tengah periode 2000-2002.

Hasil Penelitian yaitu :
  1. Variabel Pendapatan Asli Daerah (PAD) (X1), mempunyai koefisien positif sebesar 0.14, yang berarti setiap ada kenaikan jumlah PAD pada masing-masing daerah di Kota dan Kabupaten se Jawa Tengah sebesar 1% akan menyebabkan kenaikan tingkat pengeluaran pemerintah pada masing-masing daerah sebesar 1,4%, dengan asumsi variabel yang lain tetap (Cateris Paribus). 
  2. Variabel Dana Perimbangan (X2), mempunyai koefisien positif sebesar 0.9, yang berarti setiap ada kenaikan jumlah Dana Perimbangan pada masing-masing daerah di Kota dan Kabupaten se Jawa Tengah sebesar 1% akan menyebabkan kenaikan tingkat pengeluaran pemerintah pada masing-masing daerah sebesar 0,9%, dengan asumsi variabel yang lain tetap (Cateris Paribus). 
  3. Variabel Jumlah Penduduk (X3), mempunyai koefisien positif sebesar 2.50, yang berarti setiap ada kenaikan jumlah penduduk pada masing-masing daerah di Kota dan Kabupaten se Jawa Tengah sebesar 1% akan menyebabkan kenaikan tingkat pengeluaran pemerintah pada masing-masing daerah sebesar 2,5%, dengan asumsi variabel yang lain tetap (Cateris Paribus). 


Penelitian Kesit Bambang Prakosa Tahun 2004 
Judul penelitian Kesit Bambang adalah Analisis Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Prediksi Belanja Daerah, Studi Empirik Di Wilayah Propinsi Jawa Tengah dan DIY.
Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa DAU dan PAD berpengaruh signifikan terhadap belanja daerah baik dengan maupun tanpa lag. Ketika tidak menggunakan lag, pengaruh PAD terhadap belanja daerah lebih kuat daripada DAU, tetapi dengan digunakan lag, pengaruh DAU terhadap belanja daerah justru lebih kuat daripada PAD. 
Secara empiris penelitian ini membuktikan bahwa besarnya belanja daerah dipengaruhi oleh jumlah DAU yang diterima dari pemerintah pusat. Dari hasil penelitaian tersebut, menunjukan bahwa DAU dan PAD berpengaruh signifikan terhadap belanja daerah. Dalam model prediksi BJD, daya prediksi DAU terhadap BJD tetap lebih tinggi dibanding daya prediksi PAD. Hal ini menunjukan telah terjadi flypaper effect.

Penelitian Widiyanto Tahun 2004 
Judul penelitian Widiyanto adalah Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Belanja Pemerintah Daerah Pada Pemerintah Kabupaten/kota Di Propinsi DIY dan Jawa Tengah.
Hasil penelitiannya yaitu menunjukan hubungan yang erat antara perubahan DAU dan PAD terhadap perubahan belanja daerah baik pada saat dilakukan regresi sederhana (dengan atau tanpa lag) maupun dengan regresi berganda hampir sama pengujian menunjukan hubungan yang signifikan positif, yang bermakna bahwa apabila terjadi peningkatan pada DAU dan PAD maka akan diikuti peningkatan pada belanja daerah. 
Pada saat hasil dari masing-masing pengujian itu dibandingkan satu sama lain, terlihat bahwa nilai t-statistik, f-statistik, R,R², dan Adjusted-R² pada masing-masing variabel, DAU memiliki nilai yang lebih besar daripada PAD, hal ini menunjukan bahwa pengaruh prubahan besarnya DAU yang diterima oleh pemerintah kab/kota di propinsi DIY dan Jawa Tengah terhadap besarnya belanja daerah.

Penelitian Purbayu Budi Santosa Tahun 2005 
Judul penelitian Purbayu Budi Santosa adalah Analisis Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Dalam Upaya Pelaksanaan Otonomi Daerah Di Kabupaten Kediri
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa PAD sebagai salah satu penerimaan daerah mencerminkan tingkat kemandirian daerah.  
Semakin besar PAD maka menunjukkan bahwa daerah itu mampu melaksanakan desentralisasi fiskal dan ketergantungan terhadap pemerintah pusat berkurang. PAD diartikan sebagai penerimaan dari somber-sumber dalam wilayahnya sendiri, yang dipungut berdasarkan Undang-undang yang berlaku. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi PAD. Faktor-faktor tersebut meliputi : pengeluaran pembangunan, penduduk dan PDRB. Data yang diamati dalam penelitian ini adalah datu runtut waktu periode 1989-2002. Model estimasi yang digunakan adalah regresi berganda yang ditransformasikan ke bentuk logaritma.

Hasil regresi menunjukkan bahwa ternyata variabel Pengeluaran Pembangunan mempunyai koefisien regresi sebesar 0,398. Hal ini berarti bahwa setiap terjadi kenalkan Pengeluaran Pembangunan sebesar 1 persen maka akan meningkatkan PAD sebesar 0,398 person (faktor lain dianggap konstan). Variabel Penduduk mempunyai koefisien regresi sebesar 8,049. Hal ini berarti bahwa setiap terJadi kenaikan variabel Penduduk sebesar 1 person maka akan meningkatkan PAD sebesar 8,049 person (faktor lain dianggap konstan). Variabel PDRB mempunyai koefisien regresi sebesar 0,573. Hal ini berarti bahwa setiap terJadi kenalkan PDRB sebesar 1 person make akan meningkatkan PAD sebesar 0,573 person (faktor lain dianggap konstan).


Sumber:
Argi, (2011). Analisis Belanja Daerah Dan Faktorfaktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Dan Kota Provinsi Jawa Tengah Periode 2004-2009. Skripsi S1, Fakultas Ekonomika Universitas Diponegoro Tahun 2011+

Post a Comment for "Faktor yang Mempengaruhi Belanja Daerah"