Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Hubungan Antar Variabel dalam Pertumbuhan Ekonomi

Hubungan Antara Aglomerasi dengan Pertumbuhan Ekonomi
Menurut teori klasik, aglomerasi disebut sebagai spasial dengan konsep penghematan aglomerasi melalui konsep eksternalitas. Terkait konsep ini ekonom sering menyebut istilah penghematan internal dan eksternal. Penghematan internal adalah suatu pengurangan biaya secara internal di dalam suatu perusahaan atau pabrik. Beberapa factor yang berperan dalam pengurangan biaya secara internal ini meliputi pembagian kerja, diganti tenaga manusia dengan mesin ataupun menjaga titik optimal operasi yang meminimumkan biaya. Pengehematan eksternal merupakan pengurangan biaya yang terjadi akibat aktifitas di luar lingkup perusahaan atau pabrik.


Penghematan eksternal dapat diraih oleh suatu industri yang sama bersaing satu sama lain dalam memperoleh pasar atau konsumen. Penghematan terjadi karena adanya tenaga terampil dan bahan baku dalam daerah tersebut, jalinan keterkaitan antara industri dan faktor – faktor pendukungnya disebut dalam kualitas kumulatif (Mudrajad Kuncoro, 1997).


Hubungan Tenaga Kerja yang Bekerja dengan Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Tenaga kerja dapat juga diartikan penduduk usia kerja (berusia 15-64 tahun) atau jumlah seluruh penduduk dalam suatu negara yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga mereka, dan jika mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut (Mulyadi Subri, 2003).

Penduduk merupakan unsur penting dalam usaha meningkatkan produksi dan mengembangkan kegiatan ekonomi. Penduduk memegang peranan penting karena menyediakan tenaga kerja, tenaga ahli, pimpinan perusahaan, tenaga usahawan yang diperlukan untuk menciptakan kegiatan ekonomi. Disamping pertambahan jumlah penduduk mengakibatkan bertambah dan makin kompleknya kebutuhan (Sadono Sukirno, 1985).

Lincolin Arsyad (1997) menjelaskan bahwa pertambahan penduduk dan hal-hal yang berhubungan dengan kenaikan jumlah angkatan kerja (labor force) secara tradisional telah dianggap sebagai faktor positif dalam merangsang pertumbuhan ekonomi. Artinya semakin banyak angkatan kerja berarti semakin produktif tenaga kerja, sedangkan semakin banyak penduduk akan meningkatkan potensi pasar domestik. Namun demikian kebenarannya tergantung pada kemampuan sistem ekonomi tersebut untuk menyerap dan memperkerjakan tambahan pekerja itu secara produktif. Kemampuan itu tergantung pada tingkat dan jenis akumulasi modal dan tersedianya faktor-faktor lain yang dibutuhkan, seperti misalnya keahlian manajerial dan administratif.

Suparmoko (1998) menyatakan bahwa, faktor tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi terpenting dalam kaitannya dengan peningkatan PDRB suatu daerah. Dari segi jumlah, semakin banyak tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi biasanya akan semakin tinggi pula produksi dari kegiatan tersebut. Namun karena mengikuti kaidah pertambahan hasil yang semakin berkurang, sehingga setelah mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja tertentu. Jumlah produk total yang dapat dihasilkan oleh tenaga kerja tersebut akan berkurang. Perbaikan kualitas tenaga kerja dapat memperpanjang batas penurunan produksi total karen pertambahan jumlah tenaga kerja dapat ditunda hingga mencapai jumlah tenaga kerja yang lebih besar.

Dalam studi ekonomi mikro, teori produksi sederhana menggambarkan tentang hubungan diantara tingkat produksi suatu barang dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan berbagai tingkat produksi barang tersebut. dalam analisis tersebut, diasumsikan satu-satunya faktor produksi yang dapat berubah adalah tenaga kerja, faktor produksi lainnya tetap jumlahnya. Hubungan tersebut dijalaskan dengan nilai produk marginal tenaga kerja (marginal product of labor, MPL) yaitu tambahan produksi yang diakibatkan oleh pertambahan satu tenaga kerja yang digunakan, dengan kata lain merupakan ukuran produktivitas unit pekerja terakhir yang ditambahkan atau dapat ditulis:

Marginal Product of Labor (MPL) yaitu tambahan produksi yang diakibatkan oleh pertambahan satu tenaga kerja yang digunakan.







dimana :
ΔQ = perubahan jumlah output
ΔL = perubahan jumlah tenaga kerja



Sedangkan besarnya produksi rata-rata yang dihasilkan oleh setiap pekerja, atau ukuran produktivitas rata-rata pekerja (average product of labor, APL) dijelaskan dengan persamaan :


Average Product of Labor (APL) yaitu besarnya produksi rata-rata yang dihasilkan oleh setiap pekerja.






dimana:
Q = jumlah output
L = jumlah tenaga kerja

Hubungan antara MPL dan APL dijelaskan dengan konsep elastisitas tenaga kerja, dengan persaman sebagai berikut:
Hubungan antara Marginal Product of Labor (MPL) dan Average Product of Labor (APL)

Jadi, adanya pertambahan satu tenaga kerja yang digunakan dapat memungkinkan meningkatnya tambahan produksi dimasa yang akan datang sehingga akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.


Hubungan Jumlah penduduk dengan Pertumbuhan Ekonomi
Robert Solow dan Trevor Swan dalam Boediono (1999) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi tergantung pada penyedia faktor yang berupa penduduk, tenaga kerja, dan akumulasi modal.

Menurut BPS, penduduk adalah semua orang yang berdomisili di Wilayah geografis selama 6 bulan atau lebih, dan mereka yang berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan untuk menetap . Jumlah penduduk merupakan ratio jumlah penduduk suatu wilayah dalam satu tahun. Kebijakan tentang penduduk perlu diingat bahwa berdasarkan penelitian empiris, menyatakan bahwa jumlah penduduk yang tinggi bukan penyebab utama timbulnya masalah seperti pengangguran, malnutrisi, namun penduduk menjadi factor yang memperburuk masalah tersebut, sehingga harus bebarengan dengan kebijakan lain atau factor lain untuk memperbaiki masalah tersebut (Heru Santosa, 2005).

Ira Setiati (1996), meneliti bahwa Jumlah penduduk berpengaruh secara statistic terhadap output riil dalam hal ini PDRB menurut harga konstan, dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Artinya dengan Jumlah penduduk yang tinggi, maka mampu menambah pendapatan regional daerah dengan catatan baik kualitas maupun keahlian penduduk dapat ditingkatkan, serta tingkat produksi bisa ditanggung oleh penduduk yang bekerja secara efektif.

Hubungan Modal dengan Pertumbuhan Ekonomi
Hubungan modal dengan pertumbuhan ekonomi model Solow adalah dengan menganggap tidak ada perubahan pada angkatan kerja dan teknologi ketika terjadi proses akumulasi modal dalam perekonomian di suatu Negara, Dalam model Solow, output bergantung pada persediaan modal dan jumlah tenaga kerja.


Sumber:
Wahyu, (2012). Analisis Pengaruh Aglomerasi, Tenaga Kerja, Jumlah Penduduk, Dan Modal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Kendal. Skripsi S1, Program Sarjana Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Tahun 2012+

Post a Comment for "Hubungan Antar Variabel dalam Pertumbuhan Ekonomi"