Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Teori Lokasi Perumahan

Pemilihan dan penentuan lokasi untuk properti perumahan bagi setiap orang berbeda-beda sesuai dengan pertimbangan masing-masing individunya. 

Beberapa ahli membuat kesimpulan mengenai pemilihan lokasi properti perumahan sebagai berikut (Richadson, 1978 dalam Intan Sari Zaitun Rahma, 2010) : 


a. Filter Down Theory 
Teori ini muncul pada tahun 1920 oleh EW Burgess untuk menerangkan pola pemukiman di Chicago. Menurut EW. Burgerss, perkembangan CBD yang pesat membuat pusat kota menjadi tidak menarik (tanah mahal, macet, polusi).

b. Hipotesis Tiebout (1956) 
Tiebout mengemukakakan bahwa seseorang memilih lokasi perumahan kota atau kabupaten yang pajaknya rendah atau pelayanan publiknya bagus.



c. Trade off Model oleh Alonso (1964) dan Solow (1972,1973) 
Secara sederhana diartikan sebagai adanya trade off aksesibilitas terhadap ruang yang dipilih rumah tangga sebagai lokasi untuk properti perumahan.

Model ini juga mengasumsikan bahwa kota melingkar dengan sebuah pusat tenaga kerja dan transportasi yang tersedia dimana-mana, semua lokasi dipertimbangkan secara homogen kecuali jarak ke pusat kota. Rumah tangga akan bersedia membayar lebih untuk properti dengan lokasi yang lebih dekat dengan CBD karena biaya commuting lebih rendah.

d. Ellis (1967) 
Ellis menekankan pentingnya preferensi lingkungan dan karakteristik sekitar dalam memilih lokasi perumahan.

e. Senior dan Wilson (1974) 
Senior dan Wilson menyatakan bahwa untuk beberapa rumah tangga, kemudahan pencapaian ke tempat kerja tidak berarti sama sekali.

f. Little (1974) dan Kirwan & Ball (1974) 
Mereka meneliti mengenai implikasi dari keinginan sebagian besar keluarga-keluarga untuk hidup dengan tetangga yang homogen.

g. Social Aglomeration Theory (1985) 
Dikemukakan bahwa orang memilih rumah dengan pertimbangan utama bahwa dia akan nyaman bersama dengan kelompok sosial tertentu dimana kelompok ini bisa terbentuk berdasarkan ras, pendapatan, usia, dan lain sebagainya, yang kemudian timbul segregasi.

Pilihan lokasi untuk rumah tinggal menggambarkan suatu usaha individu untuk menyeimbangkan dua pilihan yang bertentangan, yaitu kemudahan ke pusat kota dan luas tanah yang bisa diperoleh. Menurut Catanese dan Synder (1989) terdapat beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam pemilihan lokasi tempat tinggal (perumahan):

  1. Hukum dan lingkungan, akankah hukum yang berlaku mengizinkan didirikannya gedung dan ukuran tertentu, persyaratan tempat parkir, tinggi maksimum gedung, batasan-batasan kemunduran dan berbagai kendala lain yang berkaitan. 
  2. Sarana, suatu proyek membutuhkan pemasangan air, gas, listrik, telepon, tanda bahaya (alarm), jaringan drainase. 
  3. Faktor teknis, artinya bagaimana keadaan tanah, topografi dan drainase yang mempengaruhi desain tempat atau desain bangunan. 
  4. Lokasi, yang dipertimbangkan adalah pemasarannya, aksesibilitas, dilewati kendaraan umum dan dilewati banyak pejalan kaki. 
  5. Estetika, yang dipertimbangkan adalah pemandangan yang menarik. 
  6. Masyarakat, yang dipertimbangkan adalah dampak pembangunan real estate tersebut terhadap masyarakat sekitar, kemacetan lalu lintas dan kebisingan. 
  7. Fasilitas pelayanan, yang dipertimbangakan adalah aparat kepolisian, pemadam kebakaran, pembuangan sampah, dan sekolah. 


Terdapat beberapa ahli lain yang menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi individu atau sebuah keluarga memilih lokasi tempat tinggal, yaitu: 
Drabkin (1980) 

  1. Aksesibilitas yang terdiri dari kemudahan transportasi dan jarak ke pusat kota. 
  2. Lingkungan, dalam hal ini terdiri dari lingkungan sosial dan fisik seperti kebisingan, polusi dan lingkungan yang nyaman. 
  3. Peluang kerja yang tersedia, yaitu kemudahan seseorang dalam mencari pekerjaan untuk kelangsungan hidupnya. 
  4. Tingkat pelayanan, lokasi yang dipilih merupakan lokasi yang memiliki pelayanan yang baik dalam hal sarana dan prasarana dan lain-lain. 


Bourne (1975) 

  1. Aksesibilitas ke pusat kota: jalan raya utama, sekolah dan tempat rekreasi. 
  2. Karakteristik fisik dan lingkungan permukiman: kondisi jalan, pedestrian, pola jalan dan ketenangan. 
  3. Fasilitas dan pelayanan: kualitas dari utilitas, sekolah, polisi dan pemadam kebakaran. 
  4. Lingkungan sosial: permukiman bergengsi, komposisi sosial ekonomi, etnis dan demografi. 
  5. Karakteristik site rumah: luas tanah, luas bangunan, jumlah kamar dan biaya pemeliharaan. 



Sumber:
Purbosari, (2012). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Bertempat Tinggal Di Kota Bekasi Bagi Penduduk Migran Berpenghasilan Rendah yang Bekerja Di Kota Jakarta. Skripsi S1, Program Sarjana Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Tahun 2012

Post a Comment for "Teori Lokasi Perumahan "