Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Metode Benefit Incidence Analysis (BIA)

Benefit Incidence Analysis adalah alat analisis yang digunakan untuk menganalisis kebijakan pemerintah dalam hal subsidi untuk barang publik dan menilai dampak atau manfaat yang diberikan terhadap kesejahteraan masyarakat.

Dalam BIA, analisis terhadap distribusi dari subsidi pemerintah tersebut dilakukan dalam grup-grup yang berbeda dalam masyarakat, dalam hal ini adalah perbedaan dalam total pendapatan rumah tangga.

Benefit Incidence Analysis fokus dalam menganalisis apakah kebijakan pengeluaran publik yang dilakukan oleh pemerintah adalah kebijakan yang progresif, yaitu program yang mendukung distribusi kesejahteraan masyarakat. 

Maka dari itu BIA menggabungkan data dari penggunaan subsidi pemerintah oleh masyarakat dan juga data dari biaya penyediaan dana bantuan tersebut untuk menilai distribusi manfaat dari subsidi pemerintah untuk semua grup-grup yang digolongkan beredasarkan pendapatan tersebut.


Benefit Incidence Analysis pada dasarnya terdiri dari tiga langkah (Demery 2000, h.6-9), antara lain adalah :
  1. Menghitung jumlah dari subsidi yang disediakan oleh pemerintah yang berasa dari data resmi pemerintah dan bukan merupakan rancangan pengeluaran tetapi realisasi dari pengeluaran pemerintah terseb.
  2. Mengidentifikasi penerima subsidi dari pemerintah. Meskipun data untuk penerima subsidi dapat diambil dari dinas terkait, tetapi untuk melihat bagaimana subsidi didistribusikan kepada golongan masyarakat yang majemuk (khususnya dalam pendapatan atau pengeluaran) maka harus didukung dengan survey terhadap sampel yang telah ditentukan.
  3. Menggolongkan dan mengurutkan masyarakat berdasarkan pendapatan atau pengeluarannya kedalam grup-grup (Quintiles atau Deciles) . Penggolongan pendapatan atau pengeluaran ini sangat penting dalam Benefit Incidence Analysis karena menjadi indikator kesejahteraan masyarakat yang akan menentukan apakah subsidi pemerintah tersebut diberikan kepada yang benar-benar membutuhkan, yaitu masyarakat yang paling miskin.

Rumus yang digunakan dalam penghitungan Benefit Incidence Analysis adalah sebagai berikut (Demery 2000, h.5) :
Keterangan :

  • Xj = Nilai total subsidi pendidikan yang dihubungkan dengan kelompok (j).
  • Eijk = Mewakili sejumlah sekolah yang terdaftar pada kelompok ( j ) pada tingkatan pendidikan ( i ).
  • Ei = Total jumlah terdaftar (diantara semua kelompok) pada tingkatan pendidikan tersebut.
  • Si = pengeluaran bersih pemerintah untuk tingkatan pendidikan atau level pendidikan ( i ).


Hasil yang diperoleh kemudian diinterpretasikan dalam kurva Lorenz dan kurva konsentrasi pada gambar berikut (dengan Deciles) dimana jumlah pengeluaran yang masih harus dilakukan oleh masyarakat setelah adanya alokasi dana Bantuan Operasional Sekolah dan Bantuan Khusus Murid Miskin dicerminkan pada sumbu horisontal sedangkan sumbu vertikal mencerminkan jumlah total populasi yang diwakili oleh sampel yang diambil.

Gambar Kurva Lorenz dan Kurva Konsentrasi
Kurva Lorenz dan Kurva Konsentrasi
Sumber : Cuenca (2008, h.5)

Progresivitas suatu belanja publik dapat ditunjukkan dengan kurva lorenz, yaitu dengan membandingkan kurva konsentrasi manfaat dengan garis diagonal 45 derajat. Garis diagonal 45 derajat mencerminkan kesetaraan yang sempurna dalam pembagian manfaat subsidi bagi masyarakat. Apabila kurva konsentrasi manfaat terletak di atas garis diagonal 45 derajat maka 10 persen penduduk termiskin dalam populasi menerima lebih dari 10 persen manfaat subsidi sehingga distribusi manfaat dikatakan bersifat progresif secara absolut. Sebaliknya, apabila kurva konsentrasi manfaat terletak dibawah garis diagonal, maka 10 persen penduduk termiskin dari populasi mendapat kurang dari 10 persen dari manfaat subsidi sehingga dapat dikatan regresif secara absolut.

Di sisi lain, kurva konsentrasi manfaat yang terletak di atas kurva Lorenz dari pendapatan menandakan subsidi yang diberikan pemerintah relatif progresif terhadap pendapatan. Kurva tersebut menandakan 10 persen penduduk termiskin dari populasi mendapatkan distribusi manfaat lebih besar dari pendapatan. Sebaliknya, jika kurva konsentrasi manfaat berada dibawah kurva Lorenz dari pendapatan maka subsidi pemerintah bersifat regresif dari pendapatan (Cuenca 2008, h.5).



Sumber:
Permana  A., (2012). Benefit Incidence Analysis Terhadap Bantuan Operasional Sekolah Untuk SMP Swasta di Kota Semarang. Skripsi S1, Program Sarjana Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Tahun 2012

Post a Comment for "Metode Benefit Incidence Analysis (BIA)"