Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Tinjauan Empiris (Penelitian Tentang Desentralisasi Fiskal)

1. Penelitian Desentralisasi Fiskal di Amerika Serikat dan China
Penelitian tentang desentralisasi fiskal telah banyak dilakukan di berbagai negara. Alasan ketertarikan tersebut sidasarkan pada asumsi teori bahwa desentralisasi fiskal mempengaruhi efisiensi pemerintahan dan mendukung pertumbuhan ekonomi. Menariknya, pengaruh dari desentralisasi fiskal terhadap pertumbuhan ekonomi adalah kunci utama pada studi teori yang konvensional dan pada studi empiris yang dilakukan baru-baru ini.

Diantara berbagai studi empiris yang telah dilakukan di berbagai dunia penulis mengambil dua contoh kasus negara yaitu Amerika Serikat dan Republik Rakyat Cina. Untuk negara China ada dua penelitian dan Amerika Serikat satu penelitian tentang desentralisasi fiskal

A. “ Fiscal Decentralization, Public Spending, and Economic Growth in China “ dilakukan oleh T. Zhang dan H. Zou dan “ Fiscal Decentralization and Economic Growth in China “ dilakukan oleh Justin Yifu Lin dan Zhiqiang Liu


Penelitian yang dilakukan dilakukan oleh T. Zhang dan H. Zou di China ini berjudul “Fiscal Decentralization, Public Spending, and Economic Growth in China” menggunakan panel data yang periodenya dimulai pada akhir tahun 1970-an saat pertumbuhan ekonomi sedang tinggi. Pada periode tersebut pemerintahan pada tingkat yang lebih tinggi wajib menyediakan investasi publik yang menyebabkan eksternalitas yang besar pada tahap awal pembangunan ekonomi. Hasil dari penelitian ini adalah desentralisasi fiskal mengurangi pertumbuhan ekonomi propinsi di China.

Sedangkan dalam jurnal “Fiscal Decentralization and Economic Growth in China” yang dilakukan oleh Justin Yifu Lin dan Zhiqiang Liu, meneliti hubungan antara pertumbuhan ekonomi di China dengan reformasi fiskal melalui desentralisasi fiskal. Dimana desentralisasi fiskal ini merupakan pergeseran kewenangan dan tanggung jawab dari pemerintah pusat kepada pemda yang akan meningkatkan efisiensi ekonomi.

Penelitian ini menggunakan panel data 28 propinsi di China periode 1970-1993. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi regional China yang diukur berdasarkan tingkat pertumbuhan GDP perkapita dipengaruhi oleh Fiscal Decentralization (FD), Household Responsibility System (HRS), Fiscal Capacity (FisCap), Rural Population (POPSHR), Total Population (TPOP), Relative Price of Farm Product to Non Farm Product (FPMP), Share of Non-State Owner Enterpise’s Output to Total Industrial Output (NSOESH), Growth Rate of Per-capita Fixed Asset Investment (GI), dan The Avarage of Retention Rate of Locally Collected Budgetary Revenue (FDAVG). Dari keseluruhan variabel yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Cina semuanya berpengaruh positif kecuali variabel fical capacity dan Total Population yang berpengaruh negatif.

Desentralisasi fiskal dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi karena pemberian wewenang dan tanggung jawab dari pemerintah pusat kepada pemda dapat meningkatkan efisiensi ekonomi terutama dalam alokasi sumber daya dengan kota lain pemda mempunyai posisi lebih baik untuk menyediakan berbagai barang dan jasa publik yang mendekati kebutuhan daerah. Sehingga reformasi daerah melalui desentralisasi fiskal, reformasi sektor non pemerintah dan akumulasi modal yang sejalan dengan reformasi fiskal menjadi kunci keberhasilan pertumbuhan ekonomi China yang pesat selama 20 tahun terakhir.



B. “ Fiscal Decentralization Contributes to Economic Growth: Evidence from State-Level Cross-Section Data For The United States “ dilakukan oleh Nobuo akai dan Masayo Sakata

Studi ini memperlihatkan bukti baru bahwa desentralisasi fiskal mempengaruhi pertumbuhan ekonmi. Dengan metode cross-section maka terdapat 50 observasi (rata-rata tahun 1992-1994 untuk time series dan 50 negara bagian di Amerika Serikat).

Model empiris yang digunakan untuk melihat pertumbuhan ekonomi adalah:


dimana i adalah negara bagian, ?GSPi menunujukkan rata-rata pertumbuhan tahunan dari Groos State Product dari tahun 1992-1996, Decentralization memperlihatkan indikator desentralisasi fiskal pada negara bagian i, dan Xi adalah variabel kontrol.

Penelitian empiris diatas dapat dilihat bahwa berdasarkan data-data yang sudah ada memperlihatkan desentralisasi fiskal memiliki kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi. Tidak seperti paper-paper sebelumnya, paper ini menemukan bahwa desentralisasi fiskal memainkan peranan utama dalam pertumbuhan ekonomi. Seperti yang diharapkan, hasilnya juga mengindikasikan bahwa ada faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. 



2. Penelitian Desentralisasi Fiskal di Indonesia
Studi empirik tentang dampak desentralisasi fiskal di Indonesia sudah cukup banyak dilakukan. Beberapa studi yang pernah dilakukan dan ditemukan penulis antara lain :

A. “ Dampak Penerimaan Dana Perimbangan, Bagi Hasil Sumber Daya Alam dan Dana Alokasi Umum bagi Perekonomian Daerah ” dilakukan oleh Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) FE UI, 2001

Studi tersebut dilakukan dengan menggunakan model ekonometrik sebagai alat analisa untuk menguji dan mengevaluasi dari kebijakan desentralisasi fiskal. Variabel yang menjadi target studi adalah : (1) Disparitas antar daerah yang diukur dari nilai koefisien variasi pendapatan perkapita antar daerah yaitu PDRB per kapita. (2) Pertumbuhan ekonomi, diukur dari pertumbuhan PDRB dan (3) Kondisi makro ekonomi khususnya permintaan agregat di daerah yang dilihat dari perubahan yang terjadi pada variabel konsumsi dan investasi.

Dari studinya dihasilkan bahwa Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam (DBHSDA) memperburuk disparitas antar daerah dan Dana Alokasi Umum (DAU) cukup efektif untuk mengurangi disparitas antar daerah. DBHSDA ternyata sangat menguntungkan daerah yang kaya akan SDA dan tidak akan mempengaruhi daerah yang miskin SDA. Sedangkan untuk kondisi makroekonomi dampak DBHSDA dan DAU, baik secara terpisah maupun bersama-sama ternyata hanya berdampak sedikit terhadap pertumbuhan konsumsi dan investasi.

B. “ The Impact of Fiscal Decentralization Process to Indonesian Regional Economies: A Simultaneous Econometrics Approach ” dilakukan oleh Bambang P.S Brodjonegoro, 2001

Penelitian dilakukan dengan menggunakan model makro ekonometrik simultan untuk melihat dampak desentralisasi fiskal terhadap perekonomian Indonesia. Hasil studi menunjukkan bahwa dengan skema DAU, DBHSDA, dan Dana Bagi Hasil Pajak Penghasilan (DBHPPh) disparitas ekonomi antar daerah akan semakin meningkat. Yang ditunjukkan oleh meningkatnya angka indeks williamson. Sedangkan untuk pertumbuhan ekonomi daerah, dengan skema yang sama menghasilkan tingkat pertumbuhan yang berbeda-beda antar daerah, daerah yang kaya SDA dan menerima DAU tinggi menunjukkan tingat petumbuhan yang tinggi, demikian sebaliknya.

C. “ Fiscal Decentralization : It’s Impact on Cities Growth “ yang dilakukan oleh B. Raksaka Mahi, 2001

Studi ini menggunakan makro ekonometrik regional untuk ; (1) Mengevaluasi transfer antar pemerintah dan dampaknya terhadap penerimaan kota madya dan (2) Mengelaborasi implikasi dari adanya transfer ke pertumbuhan kota madya dan disparitas antar daerah di Indonesia.

Studi tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa : (a) Kebijakan desentralisasi fiskal di Indonesia sangat penting untuk pembuatan kebijakan di daerah, hampir semua instrumen standar untuk desentralisasi fiskal digunakan oleh pemerintah. (b) Kebijakan DBHSDA tidak hanya berpotensi untuk mengurangi tingkat pertumbuhan, tetapi juga meningkatkan disparitas antar daerah. (c) DBHPPh akan menurunkan pertumbuhan. (d) DAU lebih menjanjikan terhadap pertumbuhan dibanding yang lain, walaupun kebijakan DAU ternyata tidak mendukung pemerataan antar daerah. dan (e) Kombinasi kebijakan yang ada di Indonesia menjanjikan akan adanya pertumbuhan, tetapi masih tidak bisa mengurangi terjadinya disparitas antar daerah.

D. “ Dampak Desentralisasi Fiskal di Indonesia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Disparitas Antar Daerah : Analisa Model Makro Ekonometrik Simultan “ yang dilakukan oleh Teguh Dartanto, 2002

Studi tersebut merupakan pengembangan dari studi-studi di atas dan dengan metode yang sama yaitu model regional makro ekonometrik simultan yang dibangun untuk melihat dampak inter-governmental transfer terhadap pertumbuhan ekonomi dan disparitas antar daerah. Hasil studi menunjukkan bahwa DBHSDA, PBB, DBPHTB dan PPh menghasilkan rata-rata pertumbuhan ekonomi yang negatif. DAU selain sebagai faktor pemerata fiskal antar daerah juga merupakan faktor yang paling dominan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi daerah dan memiliki peranan sangat besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi daerah sekaligus sebagai pemerata pertumbuhan ekonomi antar daerah. Kondisi tersebut mengindikasikan adanya ketergantungan yang sangat besar pada pemerintah pusat. Sedangkan bila dikombinasikan antara kebijakan bagi hasil dan dana alokasi umum akan menghasilkan pertumbuhan yang positif (walaupun relatif kecil) dan mampu mengurangi disparitas antar daerah.

Kombinasi tersebut juga signifikan mempengaruhi pertumbuhan investasi tetapi tidak signifikan mempengaruhi pertumbuhan konsumsi di daerah. Dampak kebijakan desentralisasi fiskal lebih terasa di Kawasan Timur Indonesia (KTI) dibandingkan Kawasan Barat Indonesia (KBI). Hasil simulasinya juga menunjukkan adanya ketergantungan pemerintah daerah terhadap dana transfer dari pemerintah pusat. Maka dari itu pemerintah daerah juga diharapkan


Sumber:
Elfira Rika, (2005). Analisis Pengaruh Dana Perimbangan  Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dan Disparitas Pendapatan Antar Daerah Pasca Desentralisasi Fiskal Di Indonesia. Skripsi S1, Universitas Padjadjaran Fakultas Ekonomi Jurusan Ekonomi Dan Studi Pembangunan.

Post a Comment for "Tinjauan Empiris (Penelitian Tentang Desentralisasi Fiskal)"