Data Envelopment Analysis (DEA) sebagai Metode Pengukuran Efisiensi
Pengukuran efisiensi
selama ini dengan menggunakan analisis regresi dan analisis rasio. Analisis
rasio mengukur efisiensi dengan cara membandingkan antara input yang digunakan
dengan output yang dihasilkan. Persamaan rasio akan menunjukkan tahun efisiensi
yang semakin besar apabila terjadi kondisi dimana nilai output tetap, tetapi
semakin kecil nilai input yang digunakan atau sebaliknya. Dengan nilai input
tetap semakin besar nilai output yang dihasilkan. Begitu pula jika nilai input
semakin kecil bersamaan dengan nilai output yang semakin besar. Kelemahan
analisis rasio terlihat pada kondisi dimana terdapat banyak input dan banyak
output.
Analisis DEA di
desain secara spesifik untuk mengukur efisiensi relatif suatu unit produksi
dalam kondisi terdapat banyak input maupun banyak output, yang biasaya sulit
disiasati secara sempurna oleh tehnik analisis pengukur efisiensi lainnya
(Hastarini Dwi Atmanti, 2005). Efisiensi relatif suatu UKE adalah efisiensi
suatu UKE dibanding dengan UKE lain dalam sampel yang menggunakan jenis input
dan output yang sama.
DEA adalah sebuah
metode optimasi program matematika yang dipergunakan untuk mengukur efisiensi
teknis suatu unit kegiatan ekonomi (UKE) dan membandingkan secara relatif
terhadap UKE lain (Charnes, et.al (1978), Banker, et.al (1984) dalam Rica
Amanda, 2010).
Fase pertama
diawali dengan menggunakan metode DEA oleh Farrel (1957) untuk membandingkan
efisiensi relatif dengan sampel petani secara cross section dan terbatas pada
satu output yang dihasilkan oleh masing-masing unit sampel. Dalam
perkembangannya, DEA merupakan alat analisis yang digunakan untuk mengukur
efisiensi relatif dalam penelitian pendidikan, kesehatan, transportasi, pabrik,
maupun perbankan (Sengupta, 2000 dalam Adhisty, 2009 dalam Rica Amanda, 2010).
Konsep DEA kemudian
dipopulerkan oleh Charnes, Cooper dan Rhodes (CCR) pada tahun 1978 yang
mengukur efisiensi dalam bidang teknis sebagai rasio antara output-output
tertimbang terhadap input-input tertimbang melalui formulasi programasi linear.
Fase kedua, dimulai dengan diperkenalkannya konsep efisiensi alokasi yang
membawa pada dikenalkannya konsep batas biaya (cost frontier) di samping batas produksi
(production frontier). Fase ketiga merupakan pengembangan lebih lanjut dari
konsep cost frontier, yaitu pemanfaatan input dan atau output sebagai variable
kebijakan yang bias dipilih secara optimal oleh unit pelaku ekonomi ketika
menghadapi harga pasar dalam pasar persaingan sempurna maupun dalam pasar
persaingan tidak sempurna.
Alasan penggunaan
DEA, yaitu (1) pemberian bobot penilaian untuk setiap variable penentu kinerja
dilakukan secara objektif, (2) DEA merupakan analisis titik ekstrim yang berbeda
dengan tendensi pusat, sehingga setiap observasi atau unit kegiatan ekonomi
dianalisis secara individual, (3) DEA membentuk referensi hipotesis (virtual
production function) berdasar pada data observasi yang ada (Samubar saleh,
2000).
Menurut Insukrindo
(2000) dalam Adhisty Mohammad Khariza (2009) menyatakan bahwa terdapat tiga
manfaat dari pengukuran efisiensi dengan memperoleh efisiensi relatif yang
berguna untuk :
a) Memudahkan
perbandingan antar unit ekonomi yang sama,
b) Mengukur
berbagai informasi efisiensi antar UKE sebagai bahan untuk mengidentifikasi
faktor-faktor penyebabnya, dan
c) Menentukan
implikasi kebijakan dalam meningkatkan efisiensi.
DEA adalah metode
dan bukan model yang mana dalam hal ini dapat dijelaskan bahwa metodologi DEA
merupakan sebuah metode non-parametrik yang menggunakan model program linear
untuk menghitung perbandingan rasio inputouput untuk semua unit yang
dibandingkan. Metode ini tidak memerlukan fungsi produksi dan hasil
perhitungannya disebut nilai efisiensi relatif (Erwita siswadi dan Wilson
Arafat, 2004 dalam Dhita Triana Dewi, 2010).
Grafik Normalisasi Tingkat Input dan Efisiensi
Frontier dalam Dua Input Satu Output
|
Dalam Gambar diatas
diperoleh garis efficient frontier yang menghubungkan UKE 1, 2, 4, 6 (K1, K2,
K4 dan K6) yang berarti UKE 1, 2, 4, 6 adalah UKE yang memiliki produksi
efisien dengan nilai 1 dan menjadi UKE acuan. Sedangkan UKE 3, 5, 7 adalah UKE
yang tidak efisien. Untuk meningkatkan efisiensinya, maka semisal UKE 3 (K3)
dengan nilai efisiensi <1 (tidak efisiensi) maka dapat mengambil kebijakan
meningkatkan efisiensinya dengan menurunkan rasio input1/output dan
input2/output menuju titik K3’ yaitu pada garis yang menghubungkan titik-titik
K1, K2, K6, dan K4. Dalam hal produksi yang melibatkan dua input satu output,
hasil efisiensi relatif dengan metode DEA dapat digambarkan secara grafis dalam
Gambar di atas.
Dalam metode DEA,
efiseinsi relatif suatu UKE didefinisikan sebagai rasio dari total output
tertimbang dibagi dengan total input tertimbang sehingga inti dari metode DEA
adalah menentukan bobot atau timbangan untuk setiap input dan output UKE dimana
bobot tersebut memiliki sifat tidak negatif serta bersifat universal yang
artinya setiap UKE dalam sampel harus dapat mempergunakan seperangkat bobot
yang sama untuk mengevaluasi rasionya dan rasio tersebut tidak lebih dari 1
(PAU studi ekonomi UGM, 2000 dalam Rica Amanda, 2010).
DEA memiliki asumsi
bahwa setiap UKE akan memilih bobot yang memaksimalkan rasio efisiensinya.
Karena setiap UKE menggunakan kombinasi input yang berbeda untuk menghasilkan
kombinasi output yang mencerminkan keragaman tersebut, dan bobot tersebut bukan
merupakan nilai ekonomis dari input atau output melainkan penentu untuk
memaksimalkan efisiensi dari suatu UKE.
Meskipun memiliki
banyak kelebihan dibandingkan analisis rasio parsial dan regresi umum, namun
DEA juga memiliki keterbatasan antara lain :
a) Metode DEA
mensyaratkan semua input dan output harus spesifik dan dapat diukur.
b) Metode DEA
berasumsi bahwa setiap unit input atau output identik dengan unit lain dalam
tipe yang sama dan tidak mampu mengenali perbedaan tersebut, sehingga DEA dapat
memberikan hasil yang bias. Maka diperlukan pengukuran data base yang lebih
spesifik.
c) Metode DEA
berasumsi pada constant return to scale (CRS) menyatakan bahwa perubahan
proporsional pada semua tingkat input akan menghasilkan perubahan proporsional
yang sama pada tingkat output. Asumsi ini penting karena memungkinkan semua UKE
diukur dan dibandingkan terhadap unit isokuan walaupun pada kenyataannya hal
tersebut jarang terjadi.
d) Bobot input dan
output yang dihasilkan dalam DEA sulit ditafsirkan dalam nilai ekonomi meskipun
koefisien tersebut memiliki formulasi matematik yang sama.
--- --- ---
Sumber:
Skripsi Linda Agustiana, Analisis Efisiensi Obyek Wisata Di
Kabupaten Wonosobo (Program Sarjana Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas
Diponegoro Tahun 2013)
Portable DEAP 2.1 For OS Windows (Win4Deap 2)
ReplyDeleteMerupakan Software Portable, Tidak Perlu Install, Langsung Dipakai
Lebih Praktis, Bisa Disimpan Di Flaskdisk, Komputer, Laptop, DLL
Bisa Untuk OS Windows 32 Bit Dan OS Windows 64 Bit
Link Download Portable Expert Choice 11 Full Version
http://updatetribun.org/Win4Deap2
#olahdatasemarang