Sejarah Bursa Efek Indonesia (BEI)
Bursa Efek Indonesia dulunya bernama Bursa Efek Jakarta yang merupakan salah satu bursa saham yang dapat memberikan peluang investasi dan sember pembayaran dalam mendukung pembangunan ekonomi nasional. Bursa Efek Jakarta berperan juga dalam upaya mengembangkan pemodal lokal yang besar dan solid untuk menciptakan Pasar Modal yang stabil.
Sejarah Bursa Efek Jakarta berawal dari berdirinya Bursa Efek di Indonesia pada abad XIX. Pada tahun 1912, dengan bantuan dari pemerintah kolonial Belanda, Bursa Efek pertama di Indonesia didirikan di Batavia, pusat pemerintahan kolonial Belanda yang sekarang dikenal sebagai Jakarta.
Bursa Batavia sempat ditutup selama periode perang dunia pertama dan kemudian dibuka kembali pada tahun 1925. Selain Bursa Batavia, pemerintah kolonial juga mengoperasikan Bursa Paraler di Surabaya dan Semarang. Namun kegiatan bursa dihentikan ketika terjadi pendudukan oleh tentara Jepang di Batavia. Pada tahun 1953, tujuh tahun setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan, Bursa Saham dibuka lagi di Jakarta dengan memperdagangkan saham dan obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan-perusahaan Belanda sebelum perang dunia. Kegiatan Bursa Saham kemudian berhenti lagi ketika Pemerintah meluncurkan program nasionalisasi pada tahun 1956.
Tidak sampai tahun 1977, Burasa Saham kembali dibuka dan ditangani oleh Badan Pelaksaan Pasar Modal (Bapepam), institusi baru dibawah Departemen Keuangan, kegiatan perdagangan dan kapitalitas pasar saham pun mulai meningkat dan mencapai puncaknya pada tahun 1990 seiring dengan perkembangan pasar finansial dan sektor swasta.
Pada tahun 13 Juli 1992, Bursa Saham menjadi PT. Bursa Efek Jakarta ini mengakibatkan beralihnya fungsi Bapepam menjadi Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam). Tahun 1995 adalah tahun BEJ memasuki babak baru, pada 22 Mei 1995, BEJ meluncurkan Jakarta Automated Tradings Syestem (JATS), sebuah sistem perdagangan otomasi yang menggantikan sistem perdagangan manual. Sistem baru ini dapat memfasilitasi perdagangan saham dengan frekuensi yang lebih besar sdan lebih menjamin kegiatan pasar yang fair dan transparan dibandingkan dengan sistem perdagangan yang manual.
Dan akhirnya pada tanggal 1 Desember 2007 BEJ dan BES bergabung dengan nama baru yakni Bursa Efek Indonesia (BEI). Kehadiran entitas baru yang mencerminkan kepentingan pasar modal secara nasional akan memfasilitasi perdagangan saham (equity), surat hutang (fixed income), maupun perdagangan derivative (derivative instrumen). Hadirnya bursa tunggal ini diharapkan dapat meningkatakan efisiensi industri pasar modal di Indonesia dan menambah daya tarik untuk berinvestasi. Kini sebanyak 352 emiten asal BEJ dan 30 emiten dari BES bergabung menambah pilihan investasi di BEI. Begitu juga produk-produk lainnya sehingga dapat melengkapi dan memberikan pilihan investasi.
Sejarah Bursa Efek Jakarta berawal dari berdirinya Bursa Efek di Indonesia pada abad XIX. Pada tahun 1912, dengan bantuan dari pemerintah kolonial Belanda, Bursa Efek pertama di Indonesia didirikan di Batavia, pusat pemerintahan kolonial Belanda yang sekarang dikenal sebagai Jakarta.
Bursa Batavia sempat ditutup selama periode perang dunia pertama dan kemudian dibuka kembali pada tahun 1925. Selain Bursa Batavia, pemerintah kolonial juga mengoperasikan Bursa Paraler di Surabaya dan Semarang. Namun kegiatan bursa dihentikan ketika terjadi pendudukan oleh tentara Jepang di Batavia. Pada tahun 1953, tujuh tahun setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan, Bursa Saham dibuka lagi di Jakarta dengan memperdagangkan saham dan obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan-perusahaan Belanda sebelum perang dunia. Kegiatan Bursa Saham kemudian berhenti lagi ketika Pemerintah meluncurkan program nasionalisasi pada tahun 1956.
Tidak sampai tahun 1977, Burasa Saham kembali dibuka dan ditangani oleh Badan Pelaksaan Pasar Modal (Bapepam), institusi baru dibawah Departemen Keuangan, kegiatan perdagangan dan kapitalitas pasar saham pun mulai meningkat dan mencapai puncaknya pada tahun 1990 seiring dengan perkembangan pasar finansial dan sektor swasta.
Pada tahun 13 Juli 1992, Bursa Saham menjadi PT. Bursa Efek Jakarta ini mengakibatkan beralihnya fungsi Bapepam menjadi Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam). Tahun 1995 adalah tahun BEJ memasuki babak baru, pada 22 Mei 1995, BEJ meluncurkan Jakarta Automated Tradings Syestem (JATS), sebuah sistem perdagangan otomasi yang menggantikan sistem perdagangan manual. Sistem baru ini dapat memfasilitasi perdagangan saham dengan frekuensi yang lebih besar sdan lebih menjamin kegiatan pasar yang fair dan transparan dibandingkan dengan sistem perdagangan yang manual.
Dan akhirnya pada tanggal 1 Desember 2007 BEJ dan BES bergabung dengan nama baru yakni Bursa Efek Indonesia (BEI). Kehadiran entitas baru yang mencerminkan kepentingan pasar modal secara nasional akan memfasilitasi perdagangan saham (equity), surat hutang (fixed income), maupun perdagangan derivative (derivative instrumen). Hadirnya bursa tunggal ini diharapkan dapat meningkatakan efisiensi industri pasar modal di Indonesia dan menambah daya tarik untuk berinvestasi. Kini sebanyak 352 emiten asal BEJ dan 30 emiten dari BES bergabung menambah pilihan investasi di BEI. Begitu juga produk-produk lainnya sehingga dapat melengkapi dan memberikan pilihan investasi.
Post a Comment for "Sejarah Bursa Efek Indonesia (BEI)"