Sejarah PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk
Berdirinya Perusahaan Telekomunikasi ini dimulai sejak tahun 1882 dimana sebuah badan usaha swasta penyedia layanan pos dan telegrap dibentuk pada masa pemerintahan kolonial Belanda. Selanjutnya Pada tahun 1906 Pemerintah Kolonial Belanda membentuk sebuah jawatan yang mengatur layanan pos dan telekomukasi yang diberi nama Jawatan Pos, Telegrap dan Telepon (Post, Telegraph en Telephone Dienst/PTT). Pada tahun 1961 status jawatan tersebut diubah menjadi Perusahaan Negara Pos dan Telekomunikasi (PN Postel).
Empat tahun kemudian yaitu pada tahun 1965 PN Postel dipecah menjadi perusahaan Negara Pos dan giro (PN pos & Giro) dan Perusahaan Negara Telekomunikasi (PN Telekomunikasi). Lalu pada tahun 1974 PN telekumunikasi disesuaikan menjadi Perusahaan Umum Telekomunikasi (Perumtel) yang menyelenggarakan jasa telekomunikasi nasional maupun internasional.
Tahun 1980 dibentuk PT Indonesian Satellita Corporation (Indosat) untuk menyelenggarakan jasa telekomunikasi internasional, terpisah dari Perumtel berubah menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) Telekomunikasi Indonesia (PT Telkom) berdasarkan PP no. 25 tahun 1991. Dan Tahun 1995 dilakukan penawaran umum perdana saham Telkom (initial Publik Offering/IPO) pada tanggal 14 November 1995. Sejak saat itu saham Telkom tercatat dan diperdagangkan di Bursa Efek jakarta (BEJ), Bursa Efek Surabaya (BES), New York Stock Exchange (NYSE) dan london Stock Exchange (LSE). Saham Telkom juga diperdagangkan tanpa pencatatan (Publik Offering Without Listing/POWL) di Tokyo Stock Exchange.
Setahun kemudian yaitu poda 1 Januari 1996 Kerja Sama Operasi (KSO) diimplementasikan yang meliputi Divisi Regional I Sumatra dengan mitra PT Pramindo Ikat Nusantara (Pramindo), Divisi Regional III Jawa Barat dan Banten dengan mitra PT Aria West Internasional (AriaWest); Divisi Regional IV Jawa tengah dan DI Yogyakarta dengan mitra PT Mitra Global Telekomunikasi Indonesia (MGTI), Divisi Regional VI Kalimantan dengan mitra PT Dayamitra Telekomunikasi (Dayamitra), dan Divisi regional VII Kawasan Timur Indoensia dengan mitra PT Bukaka Singtel. Kemudian Pada 2001 Telkom membeli 36% saham Telkomsel dari PT Indosat sebagai bagian dari pengenjawantahan restrukturisasi jasa telekomunikasi di Indonesia yang ditandai dengan penghapusan kepemilikan bersama dan kepemilikan silang antara Telkom dengan Indosat.
Dengan transaksi ini, Telkom menguasai 72,72% saham Telkomsel. Telkom membeli 90,32% saham Dayamitra dan mengkonsolidasikan laporan keuangan Dayamitra ke dalam laporan keuangan Telkom. Akhirnya pada tahun 2002 Telkom membeli seluruh saham pramindo melalui 3 tahap, yaitu 30% saham pada saat ditandatangi perjanjian jual-beli pada tanggal 15 Agustus 2002, 15% pada tanggal 30 September 2002, dan sisanya 55% saham pada tanggal 31 Desember 2002. Telkom menjual 12,27% saham Telkomsel kepada Singapore telecom, dan dengan demikian Telkom memiliki 65% saham Telkomsel. Hingga pada Agustus 2002 terjadilah duopoli penyelenggaraan telekomunikasi lokal.
Empat tahun kemudian yaitu pada tahun 1965 PN Postel dipecah menjadi perusahaan Negara Pos dan giro (PN pos & Giro) dan Perusahaan Negara Telekomunikasi (PN Telekomunikasi). Lalu pada tahun 1974 PN telekumunikasi disesuaikan menjadi Perusahaan Umum Telekomunikasi (Perumtel) yang menyelenggarakan jasa telekomunikasi nasional maupun internasional.
Tahun 1980 dibentuk PT Indonesian Satellita Corporation (Indosat) untuk menyelenggarakan jasa telekomunikasi internasional, terpisah dari Perumtel berubah menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) Telekomunikasi Indonesia (PT Telkom) berdasarkan PP no. 25 tahun 1991. Dan Tahun 1995 dilakukan penawaran umum perdana saham Telkom (initial Publik Offering/IPO) pada tanggal 14 November 1995. Sejak saat itu saham Telkom tercatat dan diperdagangkan di Bursa Efek jakarta (BEJ), Bursa Efek Surabaya (BES), New York Stock Exchange (NYSE) dan london Stock Exchange (LSE). Saham Telkom juga diperdagangkan tanpa pencatatan (Publik Offering Without Listing/POWL) di Tokyo Stock Exchange.
Setahun kemudian yaitu poda 1 Januari 1996 Kerja Sama Operasi (KSO) diimplementasikan yang meliputi Divisi Regional I Sumatra dengan mitra PT Pramindo Ikat Nusantara (Pramindo), Divisi Regional III Jawa Barat dan Banten dengan mitra PT Aria West Internasional (AriaWest); Divisi Regional IV Jawa tengah dan DI Yogyakarta dengan mitra PT Mitra Global Telekomunikasi Indonesia (MGTI), Divisi Regional VI Kalimantan dengan mitra PT Dayamitra Telekomunikasi (Dayamitra), dan Divisi regional VII Kawasan Timur Indoensia dengan mitra PT Bukaka Singtel. Kemudian Pada 2001 Telkom membeli 36% saham Telkomsel dari PT Indosat sebagai bagian dari pengenjawantahan restrukturisasi jasa telekomunikasi di Indonesia yang ditandai dengan penghapusan kepemilikan bersama dan kepemilikan silang antara Telkom dengan Indosat.
Dengan transaksi ini, Telkom menguasai 72,72% saham Telkomsel. Telkom membeli 90,32% saham Dayamitra dan mengkonsolidasikan laporan keuangan Dayamitra ke dalam laporan keuangan Telkom. Akhirnya pada tahun 2002 Telkom membeli seluruh saham pramindo melalui 3 tahap, yaitu 30% saham pada saat ditandatangi perjanjian jual-beli pada tanggal 15 Agustus 2002, 15% pada tanggal 30 September 2002, dan sisanya 55% saham pada tanggal 31 Desember 2002. Telkom menjual 12,27% saham Telkomsel kepada Singapore telecom, dan dengan demikian Telkom memiliki 65% saham Telkomsel. Hingga pada Agustus 2002 terjadilah duopoli penyelenggaraan telekomunikasi lokal.
Post a Comment for "Sejarah PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk"