Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Ciri Ciri Klaster Industri dan Pola Klaster Markussen

Proses Klaster merupakan ciri yang terlihat dari industri manufaktur baik industri besar menengah maupun kecil dan rumah tangga. Klaster secara umum adalah konsentrasi geografis dari subsektor manufaktur yang sama. Proses klaster ini melahirkan jaringan (network) yang disebut dengan industrial district (Kuncoro, 2002).

Porter (1990) mendefinisikan klaster sebagai sekumpulan perusahaan dan lembaga-lembaga terkait di bidang tertentu yang berdekatan secara geografis dan saling terkait karena kebersamaan. Sedangkan menurut Tatang (2008), secara harfiah klaster sebagai kumpulan, kelompok, himpunan, atau gabungan obyek tertentu yang memiliki keserupaan atau atas dasar karakteristik tertentu. Dalam konteks ekonomi/bisnis, klaster industri (industrial cluster) merupakan terminologi yang mempunyai pengertian khusus tertentu. Kemudian. Diperkuat oleh Deperindag, bahwa klaster sebagai Kelompok industri dengan core industry yang saling berhubungan secara intensif dan membentuk partnership, baik dengan supporting industry maupun related industry.

Ciri - Ciri Klaster Industri
Lyon dan Atherton (dalam Tatang, 2008), berpendapat bahwa terdapat tiga hal mendasar yang dicirikan oleh klaster industri, terlepas dari perbedaan struktur, ukuran ataupun sektornya, yaitu:

  1. Kebersamaan/Kesatuan (Commonality) : yaitu bahwa bisnis-bisnis beroperasi dalam bidang-bidang “serupa” atau terkait satu dengan lainnya dengan fokus pasar bersama atau suatu rentang aktivitas bersama.
  2. Konsentrasi (Concentration) : yaitu bahwa terdapat pengelompokan bisnis-bisnis yang dapat dan benar-benar melakukan interaksi.
  3. Konektivitas (Connectivity) : yaitu bahwa terdapat organisasi yang saling terkait/bergantung (interconnected/linked) dengan beragam jenis hubungan yang berbeda.


Sedangkan menurut Humprey dan Schimitz (dalam Fujiani, 2006), bahwa klaster industri dicirikan dengan 3 konsep, yaitu :
1. Orientasi Konsumen
Dalam melakukan proses produksi, klaster perlu berorientasi pada konsumen. Dengan mempelajari karakteristik permintaan konsumen, pelaku dalam klaster akan melakukan produksi sesuai kualitas dan jumlah yang diminati.

2. Efek Kumulatif
Pembentukan klaster diutamakan pada solidnya aktivitas maupun spasial dengan usaha pencarian dan pencapaian biaya produksi rendah. Dengan kerjasama dalam satu kelompok, industri yang sebagian besar mengalami masalah financial akan dapat menekan biaya produksi. Dalam proses produksi dan pemasaran diantara pelaku klaster saling berbagi dalam hal penggunaan peralatan, tenaga kerja, informasi dan bahan baku.

3. Efek Kolektif
Efisiensi kolektif dipahami sebagai penghematan biaya eksternal yang timbul dalam suatu aktivitas industri yang dirasakan oleh seluruh pelaku industri. Hal tersebut dapat dipahami melalui penjelasan berikut :
a. Eksternalitas Ekonomi
Hal ini akan muncul bila keuntungan sosial lebih tinggi daripada keuntungan pribadi. Eksternal ekonomi dalam klaster yang perlu dikembangakan adalah terbentuknya pasar buruh/tenaga kerja, efek peningkatan kegiatan pelayanan dalam klaster, dan pentingnya penggunaan teknologi secara kolektif.

b. Aksi Bersama
Aksi bersama dapat mendorong perkembangan klaster industri secara signifikan. Hal ini terkait dengan efek efisiensi kolektif yang menekankan pada pentingnya keterkaitan dan jaringan usaha yang terbentuk. Aksi bersama dapat bersifat bilateral yaitu dua perusahaan bekerja sama seperti kegiatan yang saling berbagi dalam pembelian alat produksi yang mahal maupun multilateral yaitu kelompok perusahaan yang bergabung dalam sebuah asosiasi atau organisasi. Aksi bersama juga terbentuk dengan sifat horizontal yang terjadi antar pesaing dan vertikal yang membentuk keterkaitan antar pelaku usaha.

c. Kondisi Kelembagaan
Terbentuknya klaster industri perlu didukung dengan tindak lanjut institusi atau kelembagaan yang menunjang kegiatan tersebut. Hal ini diharapkan untuk membentuk pola yang progresif dalam kegiatan bisnis atau organisasi.


Klaster Industri awal dikenalkan dengan Marshallian Industrial District. Menurut pemahaman Marshallian ini sentra industri merupakan klaster produksi tertentu yang berdekatan. Marshall (dalam Kuncoro, 2002), menekankan pentingnya tiga jenis penghematan eksternal yang memunculkan sentra industri :

  • Konsentrasi pekerja trampil dan peluan penyerapan tenaga kerja lokal yang lebih besar 
  • Berdekatannya para pemasok dan pelayanan khusus, dan 
  • Tersedianya fasilitas/transfer pengetahuan. 

Adanya jumlah pekerja terampil dalam jumlah besar memudahkan terjadinya penghematan dari sisi tenaga kerja. Lokasi para pemasok yang berdekatan menghasilkan penghematan akibat spesialisasi yang muncul dari terjadinya pembagian kerja yang meluas antar perusahaan dalam aktivitas dan proses yang saling melengkapi. Tersedianya fasilitas untuk memperoleh pengetahuan terbukti meningkatkan penghematan akibat informasi dan komunikasi melalui proses bersama, penemuan dan perbaikan dalam mesin, proses dan organisasi secara umum.

Keterkaitan antar industri dapat dilihat dari kebutuhan yang diperoleh dari industri hulu (upstream industri) dan penggunaan output suatu industri hilir (downstream industri).
1. Keterkaitan Horizontal Industri
Menurut Dijk dan Sverrison dalam Fujiani (2006), keterkaitan horizontal dalam klaster industri terbentuk karena adanya hubungan kerjasama dan saling bertukar informasi antar perusahaan. Bentuk keterkaitan horizontal yaitu sebagai berikut :
  • Kegiatan saling membantu antar pengusaha kecil dalam menangani order besar.
  • Kegiatan antar perusahaan dalam penggunaan mesin / alat-alat produksi bersama.
  • Kolaborasi antar perusahaan dalam usaha pemasaran produk.


2. Keterkaitan Vertikal Industri
Scltovsky (dalam Arsyad 1999), mengatakan bahwa misalnya industri x melakukan investasi maka untuk memperluas kegiatannya, industri tersebut menguntungkan beberapa jenis perusahaan. Jenis-jenis perusahaan yang memperoleh eksternalitas ekonomi keuangan dari industri x dan menjalin keterkaitan aktivitas vertikal dengan industri x adalah :

  • Perusahaan yang akan menggunakan produksi x sebagai bahan mentah industri mereka, karena harga yang lebih murah.
  • Industri yang menghasilkan barang komplementer untuk barang yang diproduksikan industri x, karena dengan naiknya produksi dan penggunaan hasil industri x maka jumlah permintaan akan barang-barang komplementer tersebut bertambah.
  • Industri yang menghasilkan barang subtitusi bahan mentah yang digunakan oleh industri x.
A. Pola Klaster Markussen
Pola klaster industri yang diajukan markussen berdasarkan studinya di Amerika Serikat, berdasarkan pada variabel struktur bisnis dan skala ekonomi, keputusan investasi, jalinan kerjasama dengan pemasok, jaringan kerjasama dengan pengusaha dalam klaster, pasar dan migrasi tenaga kerja, keterkaitan identitas budaya lokal, peran pemerintah lokal, dan peran asosiasi, maka pola klaster Markussen dibedakan menjadi empat, yaitu distrik Marshallian, distrik Hub and Spoke, distrik satelit, dan distrik State-anchored. Berikut penjelasan masing-masing distrik yang diajukan Markussen (1996) :
1. Distrik Industri Marshallian dan Varian
Marshall dalam (Markussen, 1996), mendeskripsikan sebuah wilayah dimana struktur bisnisnya kecil yang terdiri dari perusahaan dan memungkinkan adanya evolusi dari identitas budaya lokal yang kuat serta mempunyai keahlian. Distrik Marshallian juga mencakup layanan yang relatif khusus disesuaikan dengan produk-produk unik/industri daerah. Layanan tersebut meliputi keahlian teknis, mesin dan pemasaran, dan pemeliharaan dan layanan perbaikan. Di dalam distrik terdapat

lembaga keuangan lokal yang menawarkan bantuan modal, bersedia mengambil resiko jangka panjang karena mereka memiliki kedua informasi orang dalam dan adanya kepercayaan pengusaha di perusahaan lokal. Model ini digambarkan dalam gambar berikut:

Pola Klaster Markussen 01 Distrik Industri Marshallian atau Italian
Distrik Industri Marshallian atau Italian
Berbeda dengan kepasifan perusahaan Marshall, daerah Italia sebagai variannya dicirikan sering diadakan pameran, hubungan intensif personil antara pelanggan dan pemasok dan kerjasama antara perusahaan-perusahaan pesaing untuk berbagi risiko, menstabilkan pasar, dan berinovasi. Asosiasi perdagangan setempat menyediakan infrastruktur serta manajemen, pelatihan, pemasaran, dan teknis. Pemerintah lokal dan daerah dapat menjadi pusat dalam mengatur dan mempromosikan industri inti. Kepercayaan di antara anggota daerah merupakan pusat kemampuan mereka untuk bekerja sama dan bertindak secara kolektif.

2. Distrik Industri Hub dan Spoke
Distrik Hub dan Spoke sangat berbeda sentra industri daerah, dimana sejumlah perusahaan inti bertindak sebagai jangkar atau hub ke perekonomian daerah, pemasok dan kegiatan yang terkait menyebar di sekitar mereka seperti jari-jari roda. Model ini digambarkan dalam Gambar Distrik Industri Hub and Spoke berikut, di mana sebuah perusahaan tunggal yang besar membeli dari pemasok lokal maupun eksternal dan menjual kepada pelanggan eksternal.

Pola Klaster Markussen 02 Distrik Industri Hub and Spoke
Distrik Industri Hub and Spoke

Distrik Hub dan Spoke didominasi oleh satu atau beberapa, perusahaan besar terintegrasi secara vertikal, dalam satu atau sektor lebih, dikelilingi oleh pemasok yang lebih kecil. Distrik ini memperlihatkan bentuk yang terkait, dimana perusahaan-perusahaan kecil sangat tergantung pada perusahaan besar atau lembaga baik untuk pemasaran, dimana perusahaan kecil menikmati eksternalitas agglomerasi dari organisasi yang lebih besar (Markussen, 1996).


3. Distrik Satelit
Gambar Distrik Satelit berikut menunjukkan yang paling mencolok adalah tidak adanya jaringan dalam wilayah dan dominasi link ke perusahaan induk di tempat lain (Markussen, 1996)

Pola Klaster Markussen 03 Distrik Satelit
Distrik Satelit
Distrik satelit, struktur bisnisnya didominasi oleh perusahaan besar, perusahaan eksternal yang membuat keputusan berinvestasi. Skala ekonomi dalam setiap fasilitas berukuran menengah ke tinggi. Distrik ini umumnya terdapat perusahaan inti membuat produk heterogen. Industri disini tidak kooperatif antara penduduk untuk berbagi risiko, menstabilkan pasar, atau terlibat dalam kemitraan yang inovatif. Dalam hal ini mereka berbeda dari distrik hub dan spoke, di mana perusahaan lokal besar atau lembaga yang berbasis lokal.

4. Distrik State-Anchored
Distrik State-Anchored berbeda dari pola distrik lainnya terletak pada daerah dimana perusahaan non-profit, perusahaan tetap, laboratorium, universitas, dan pusat pemerintahan menjadi kunci investasi distrik ini. Distrik ini terdapat jalinan keterkaitan khusus dan ditentukan oleh campur tangan politik bukan perusahaan swasta. Secara umum, distrik State-Anchored didominasi satu atau beberapa perusahaan besar, skala ekonomi relatif tinggi pada sektor publik, investasi dilakukan secara lokal berbagai tingkat pemerintahan, kontrak dan komitmen jangka pendek antara institusi dominan dan pemasok bahan baku lokal, keterkaitan antar sesama pengusaha di dalam dan di luar klaster relatif kuat, Pekerja lebih berkomitmen ke perusahaan besar, kedua distrik, ketiga ke perusahaan kecil, terjadi evolusi kebudayaan, tidak terdapat unit peminjaman dana, peran pemerintah lokal lemah dalam regulasi dan promosi industri inti serta Asosiasi perdagangan lemah dalam menyediakan infrastruktur, pelatihan, bantuan teknis, keuangan serta adanya ketergantungan pada infrastruktur publik. Distrik ini seperti distrik hub dan spoke hanya saja fasilitasnya dapat beroperasi dengan sedikit koneksi perekonomian daerah, seperti kasus distrik satelit (Markussen, 1996). Pola Klaster Industri Markussen diringkas menjadi matriks, dapat diihat pada Tabel Matriks Pola Klaster Industri Markussen.

Tabel Matriks Pola Klaster Industri Markussen
No.
Variabel
Distrik Marshallian
Distrik Hub & Spoke
Distrik Satelit
Distrik State-Anchored
1
Struktur Bisnis
dan Skala ekonomi
Struktur industri didominasi oleh perusahaan kecil.
Skala ekonomi relatif rendah
Struktur industri didominasi oleh satu/beberapa perusahaan besar dan dikelilingi pemasok.
Skala ekonomi relatif tinggi
Struktur industri didominasi oleh perusahaan besar dan memiliki kantor pusat. Skala ekonomi relatif moderat ke tinggi.
Struktur industri didominasi satu atau beberapa oleh perusahaan besar. Skala ekonomi relatif tinggi pada sektor publik.
2
Kontrak dan Komitmen antara pembeli dan pemasok bahan baku
Kontrak dan Komitmen jangka panjang antara pembeli dan pemasok bahan baku lokal.
Kontrak dan Komitmen jangka panjang antara perusahaan besar dan pemasok bahan baku.
Tidak adanya Kontrak dan Komitmen antara pembeli dan pemasok bahan baku lokal.
Kontrak dan Komitmen jangka pendek antara institusi dominan dan pemasok bahan baku lokal.
3
Kerjasama dan keterkaitan antar sesama pengusaha di dalam klaster.
Kerjasama dan keterkaitan antar sesama pengusaha di dalam klaster relatif lemah
Kerjasama dan keterkaitan antar sesama pengusaha di dalam klaster kuat.
Kerjasama dan keterkaitan antar sesama pengusaha di dalam klaster relatif kuat.
Kerjasama dan keterkaitan antar sesama pengusaha di dalam klaster relatif kuat.
4
Kerjasama dan keterkaitan antar sesama pengusaha di luar klaster
Kerjasama dan keterkaitan antar sesama pengusaha di luar distrik rendah.
Kerjasama dan keterkaitan antar sesama pengusaha di luar distrik tinggi.
Keterkaitan antar sesama pengusaha di luar distrik tinggi dengan perusahaan induk.
Kerjasama dan keterkaitan antar sesama pengusaha di luar distrik tinggi.
5
Pasar dan migrasi tenaga kerja.
Pasar tenaga kerja internal ke distrik lebih fleksibel dan migrasi masuk ke industri tinggi.
Pasar tenaga kerja internal ke distrik kurang fleksibel dan migrasi keluar sedikit dan masuk tinggi.
Pasar tenaga kerja eksternal ke distrik menyebabkan integrasi vertikal.
Pekerja lebih berkomitmen ke perusahaan besar, kedua distrik, ketiga ke perusahaan kecil.
6
Keterkaitan identitas budaya lokal.
Terjadi evolusi kebudayaan dan pertalian lokal.
Terjadi evolusi kebudayaan dan pertalian lokal.
Terjadi evolusi kecil kebudayaan lokal.
Terjadi evolusi kebudayaan dan pertalian lokal.
7
Unit/tempat peminjaman dana.
Keberadaan unit tempat peminjaman dana terdapat di dalam daerah.
Sedikit unit tempat peminjaman dana terdapat di dalam daerah.
Tidak terdapat unit peminjaman dana
Tidak terdapat unit peminjaman dana
8
Peranan Pemerintah Lokal
Peran kuat dari pemerintah lokal dalam regulasi dan promosi industri inti.
Peran kuat dari pemerintah lokal, provinsi, dan nasional dalam regulasi dan promosi industri inti.
Peran kuat dari pemerintah lokal, provinsi, dan nasional dalam penyediaan infrastruktur, keringanan pajak, dan lainnya.
Peran lemah dari pemerintah lokal dalam regulasi dan promosi industri inti.
9
Peranan Asosiasi Dagang
Kuat terhadap asosiasi perdagangan dan terdapat kerjasama tinggi dengan perusahaan kompetitor untuk berbagi resiko dan stabilisasi pasar.
Tidak ada asosiasi dagang yang menyediakan infrastruktur, pelatihan, bantuan teknis, keuangan. Ketergantungan pada infrastruktur publik.
Tidak ada asosiasi dagang yang menyediakan infrastruktur, pelatihan, bantuan teknis, keuangan.
Asosiasi perdagangan lemah dalam menyediakan infrastruktur, pelatihan, bantuan teknis, keuangan. Ketergantungan pada infrastruktur publik.
Sumber : Markussen (1996)


Sumber:
Choirunnisa, (2012). Analisis Pola Klaster Dan Orientasi Pasar (Studi Kasus Sentra Industri Kerajinan Logam Desa Tumang Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali). Skripsi S1, Program Sarjana Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Tahun 2012

Post a Comment for "Ciri Ciri Klaster Industri dan Pola Klaster Markussen"