Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Model Input-Output

1. Pengertian Dasar Model Input-Output  
Tabel input-output adalah suatu uraian statistik dalam bentuk matriks baris dan kolom yang menggambarkan transaksi barang dan jasa serta keterkaitan antar berbagai sektor dalam perekonomian suatu wilayah.


Dalam konsep dasar model input-output ditunjukkan pada proses industri untuk memproduksi suatu keluaran (output), setiap industri memerlukan masukan (input) tertentu dari sektor-sektor lain. Kemudian masing-masing industri tersebut menjual keluarannya kepada industri lainnya, sehingga dapat memenuhi kebutuhan bahan antara (intermediate input-output). Seberapa besar ketergantungan sektor-sektor terhadap sektor lainnya ditentukan oleh besarnya input yang digunakan dalam proses produksi, dengan kata lain pengembangan suatu sektor tidak akan tercapai apabila tidak didukung oleh input sektor lain (Tabel Input-Output Jawa Tengah, 2008 : 7).

Pada hubungan ini, tabel input-output memberikan suatu perangkat kerja yang baik sekali untuk mengukur dan menelusuri masukan-keluaran antar industri yang sedang berjalan diantara berbagai sektor perekonomian (Todaro, 2000 : 198). Dapat disimpulkan bahwa tabel input-output dapat menggambarkan struktur perekonomian suatu wilayah dalam kerangka keterkaitan antar sektor industri.

2. Konsep Dasar Model Input-Output
Analisis Input-Output pertama kali diperkenalkan oleh Wassily Leontief dari Harvard University pada tahun 1930-an. Walaupun gagasan dasar teknik analisis input-output pertama kali oleh Leon Walras tahun 1877. Analisis Input- Output ini digunakan untuk mengetahui keterkaitan antar sektor dalam upaya memahami kompleksitas perekonomian serta kondisi yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan antar permintaan dan penawaran. Penekanan utama dalam analisis I-O ini adalah pada sisi produksi (Firmansyah, 2006 : 19).

Manfaat dari analisis Input-Output (Tarigan, 2005 : 104), antara lain : 1. Menggambarkan kaitan antarsektor sehingga memperluas wawasan terhadap perekonomian wilayah. Dapat dilihat bahwa perekonomian wilayah bukan lagi sebagai kumpulan sektor-sektor, melainkan merupakan satu sistem yang saling berhubungan. Perubahan pada salah satu sektor akan langsung mempengaruhi keseluruhan sektor walaupun perubahan itu terjadi secara bertahap. 2. Dapat digunakan untuk mengetahui daya menarik (backward linkages) dan daya mendorong (forward linkages) dari setiap sektor sehingga mudah menetapkan sektor mana yang dijadikan sebagai sektor strategis dalam perencanaan pembangunan perekonomian wilayah. 3. Dapat meramalkan pertumbuhan ekonomi dan kenaikan tingkat kemakmuran, seandainya permintaan akhir dari beberapa sektor diketahui akan meningkat. Hal ini dapat dianalisis melalui kenaikan input antara dan kenaikan input primer yang merupakan nilai tambah. 4. Sebagai salah satu analisis yang penting dalam perencanaan pembangunan ekonomi wilayah karena bisa melihat permasalahan secara komprehensif. 5. Dapat digunakan sebagai bahan untuk menghitung kebutuhan tenaga kerja dan modal dalam perencanaan pembangunan ekonomi wilayah, seandainya input-nya dinyatakan dalam bentuk tenaga kerja atau modal.

3. Asumsi Model Input-Output 
Dalam model input-output, suatu sektor produktif diidentifikasikan dengan suatu proses atau aktivitas produksi. Perekonomian dianggap merupakan kumpulan dari sektor-sektor semacam itu. Pembagian menjadi berbagai sektor dibuat sedemikian rupa sehingga masing-masing sektor dalam proses produksi hanya menghasilkan suatu produk. Ini berarti tidak ada produk gabungan (joint product).


Penggunaan analisis input-output dalam merencanakan pembangunan haruslah bersifat hati-hati dikarenakan beberapa hal.

  • Pertama, koefisien input diasumsikan bersifat tetap, padahal dalam kegiatan ekonomi yang terus mengalami perubahan struktur, koefisien ini berubah dalam jangka waktu yang tidak lama. 
  • Kedua, koefisien input-output dinyatakan dalam bentuk uang, sehingga gambaran keterkaitan dalam bentuk fisik ditutup oleh distorsi harga relatif. 
  • Ketiga, penggunaan input-output yang konstan memberikan implikasi tentang return of scale dalam mentransformasi input ke dalam output. Sedangkan keterkaitan dapat menjurus kepada economic of scale melalui integrasi vertikal ataupun horisontal dari kegiatan produksi. Tingginya keterkaitan sektoral dapat saja distabilkan oleh akses kapasitas dan bukan karena efisiensi dalam penggunaan input sektoral. 
  • Keempat, koefisien dari kaitan sektoral relatif sangat sensitif terhadap tingkat agregasi. 

Tabel input-output yang digunakan untuk analisis ekonomi bersifat statis karena berkaitan dengan asumsi dasar yang digunakan antara lain (Tabel Input- Output Indonesia, 2000 : 3)

1. Asumsi keseragaman (homogenity assumption) yang mensyaratkan bahwa tiap sektor memproduksi suatu output tunggal dengan sektor input tunggal dan tidak ada substitusi otomatis terhadap input dari output sektor yang berbeda-beda.

2. Asumsi kesebandingan (proportionality assumption) yang menyatakan hubungan input dan output di dalam tiap sektor mempunyai fungsi linier yang jumlah tiap jenis input yang diserap oleh sektor tertentu naik atau turunnya sebanding dengan kenaikan atau penurunan output sektor tersebut.

3. Asumsi penjumlahan (addivity) yang menyebutkan bahwa efek total pelaksanaan produksi di berbagai sektor dihasilkan dari masing-masing sektor secara terpisah dan merupakan penjumlahan dari efek masingmasing kegiatan. Ini berarti bahwa diluar sistem input-output semua pengaruh dari luar diabaikan.

Dalam kaitannya dengan transaksi yang digunakan tabel input-output terdiri dari empat jenis tabel yaitu :
(1) tabel transaksi total atas dasar harga pembeli,
(2) tabel transaksi domestik atas dasar harga pembeli,
(3) tabel transaksi total atas dasar harga produsen, dan
(4) tabel transaksi domestik atas dasar harga produsen



Sumber:
Soleh A, (2012). Kontribusi Dan Daya Saing Ekspor Sektor Unggulan Dalam Perekonomian Jawa Tengah. Skripsi S1, Program Sarjana Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Tahun 2012

Post a Comment for "Model Input-Output"