Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Metode Analisis Valuasi Ekonomi

Valuasi ekonomi merupakan salah satu bentuk upaya yang digunakan untuk memberikan nilai kuantitatif terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumber daya alam (SDA) dan lingkungan baik atas nilai pasar (Market Value) maupun nilai non pasar (Non Market Value).

Pemikiran mengenai valuasi ekonomi sebenarnya telah dimulai sejak tahun 1902 ketika Amerika melahirkan undang-undang River and Harbor Act of 1902 yang mewajibkan para ahli untuk melaporkan keseluruhan manfaat dan biaya yang ditimbulkan oleh proyek-proyek yang dilakukan di sungai dan pelabuhan. Konsep ini kemudian lebih berkembang setelah Perang Dunia Kedua, di mana konsep manfaat dan biaya lebih diperluas ke pengukuran yang sekunder atau tidak langsung dan tidak tampak (intangible) (Fauzi, 2006).


Penilaian ekonomi (Economic Valuation) dalam konteks lingkungan hidup adalah tentang pengukuran preferensi dari masyarakat untuk lingkungan hidup yang baik dibandingkan terhadap lingkungan hidup yang jelek. Penilaian ekonomi penggunaan sumberdaya alam hingga saat ini telah berkembang pesat. Di dalam konteks ilmu ekonomi sumberdaya dan lingkungan, perhitungan-perhitungan tentang biaya lingkungan sudah cukup banyak berkembang (Purwanti, 2010). Menurut Suparmoko (2008), secara garis besar metode penilaian ekonomi adalah proses penentuan nilai untuk barang dan jasa lingkungan. Hal ini dimaksudkan untuk menghasilkan sebuah perhitungan. 


Grigalunas dan Conger (dikutip oleh Ardianto, dkk 2004), dalam paradigma neoklasik, nilai ekonomi (economic values) dapat dilihat dari sisi kepuasan konsumen (preferences of consumers) dan keuntungan perusahaan (profit of firms). Dalam hal ini konsep dasar yang digunakan adalah surplus ekonomi (economic surplus( yang diperoleh dari penjumlahan surplus konsumen (CS) dan surplus oleh produsen (PS).

Surplus konsumen terjadi apabila jumlah maksimum yang mampu konsumen bayar lebih besar dari jumlah yang secara aktual harus dibayar untuk mendapatkan barang atau jasa. Selisih jumlah tersebut disebut consumer surplus (CS) dan tidak dibayarkan dalam konteks memperoleh barang yang diinginkan. Sementara itu, surplus produsen (PS) terjadi ketika jumlah yang diterima oleh produsen lebih besar dari jumlah yang harus dikeluarkan untuk memproduksi sebuah barang atau jasa. Secara grafik, konsep ini disajikan pada Gambar Surplus Konsumen dan Surplus Produsen berikut:


Surplus Konsumen dan Surplus Produsen


Surplus Konsumen dan Surplus Produsen
Sementara Freeman III (dikutip oleh Ardianto, dkk 2004), menyebutkan bahwa pengertian “value” dapat diketegorikan ke dalam dua pengertian besar yaitu nilai intrinsik (intrinsic value) dan nilai instrumental (instrumental value). Secara garis besar, suatu komoditas memiliki nilai intrinsik apabila komoditas tersebut bernilai di dalam dan untuk komoditas itu sendiri. Artinya nilai tidak diperoleh dari pemanfaatan komoditas tersebut, tetapi bebas dari penggunaan dan fungsi yang mungkin terkait dengan komoditas lain. Komoditas yang sering disebut memiliki nilai intrinsik adalah komoditas yang terkait dengan alam dan lingkungan. 

Sedangkan nilai instrumental dari sebuah komoditas adalah nilai yang muncul akibat pemanfaatan komoditas tersebut untuk kepentingan tertentu. Freeman III beragumentasi bahwa konsepsi instrumental value lebih mampu menjawab persoalan yang terkait dengan pengelolaan lingkungan. Sebuah komponen alam akan bernilai tinggi apabila kontribusi terhadap kesejahteraan manusia juga tinggi. Sedangkan Constanza dan Folke (dikutip oleh Ardianto, dkk 2004), dalam pandangan ecological economics, tujuan valuasi tidak semata terkait dengan maksimalisasi kesejahteraan individu, melainkan juga terkait dengan tujuan keberlanjutan ekologi dan keadilan distribusi.

Banyak literature dalam bidang valusai ekonomi seperti Barton (1994), Barbier (1993), Freemand III (2002) menggunakan tipologi nilai ekonomi dalam terminology Total Economic Value (TEV). Dalam konteks ini, TEV merupakan penjumlahan dari nilai ekonomi berbasis pemanfaatan/penggunaan (Use Value; UV) dan nilai ekonomi berbasis bukan pemanfaatan/penggunaan (Non-Use Value; NUV).

Tipologi Total Economic Valuation


Tipologi Total Economic Valuation
Tipologi Total Economic Valuation


Dalam tipologi TEV yang disajikan dalam Gambar diatas, UV terdiri dari nilai-nilai penggunaan langsung (Direct Use Value;DUV), nilai ekonomi penggunaan tidak langsung (Indirect Use Value; IUV), nilai pilihan (Option Value; OV). Sementara itu, nilai ekonomi berbasis bukan pada pemanfaatan (NUV) terdiri dari dua komponen nilai, yaitu nilai bequest (Bequest Value; BV) dan nilai eksistensi (Exsistence Value; EV).

Definisi dari masing – masing bagian TEV adalah sebagai berikut:
  • Direct Use Value: Nilai ekonomi yang diperoleh dari pemanfaatan langsung dari sebuah sumberdaya/ekosistem
  • Indirect Use Value: Nilai ekonomi yang diperoleh dari pemanfaatan tidak langsung dari sebuah sumberdaya/ekosistem
  • Option Value: Nilai ekonomi yang diperoleh dari potensi pemanfaatan langsung maupun tidak langsung dari sebuah sumberdaya di masa datang
  • Bequest Value: Nilai ekonomi yang diperoleh dari manfaat pelestarian umberdaya/ekosistem untuk kepentingan generasi masa depan
  • Existence Value: Nilai ekonomi yang diperoleh dari sebuah persepsi bahwa keberadaan dari sebuah ekosistem/sumberdaya itu ada, terlepas dari apakah ekosistem/sumberdaya tersebut dimanfaatkan atau tidak


--- --- ---
Sumber:
Skripsi Nama, Judul Penelitian, Program Sarjana Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Tahun 2013.

Post a Comment for "Metode Analisis Valuasi Ekonomi"